Diceritakan bahwa di daerah Dataran
tinggi Dieng, berkuasa seorang pemimpin yaitu Kyaì Kolodete yang
memìlìkì rambut Gimbal Belìau bersumpah tìdak akan mencukur rambutnya
hìngga kawasan Dataran tìnggì Dieng makmur. bìla keìngìnannya belum
terwujud , dìa akan menìtìskan rohnya pada anak yang baru lahìr atau
sedang mulaì bìsa berjalan. Hingga saat ini, banyak anak-anak yang
dilahirkan memiliki rambut gimbal dan dipercaya sebagai titisan Kyai
Kolodete tersebut masih banyak dijumpai disekitar wilayah Dataran Tinggi
Dieng. rambut gimbal masih dapat kita temui di kalangan masyarakat
keturunan asli Dieng. Berdasarkan mitos, rambut gembel anak-anak Dieng
dianggap sebagai bala (petaka) sehingga anak yang telah dipangkas rambut
gembelnya dipercayai akan tumbuh menjadi anak baik yang panjang umur
dan banyak rezeki.
Untuk memotong
rambut gimbal ini, harus menuruti keinginan si anak. Jika dilakukan
tanpa permintaan si anak, maka ia akan jatuh sakit dan rambutnya akan
gimbal kembali. Kemunculan rambut gimbal pada seseorang rata-rata
bermula dari demam dengan panas tubuh yang tinggi. Tidak terikat garis
keturunan , rambut gimbal masih bermunculan secara acak pada orang-orang
yang mempunyai garis keturunan dari Dataran ini. Masyarakat Dataran
Tinggi Dieng mempercayai bahwa keberadaan rambut gembel adalah titipan
Kyai Kolodete.
Wilayah dataran tinggi dieng terbagi menjadi 2 wilayah yaitu kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara , pada tanggal 30 Juli 2016 kemarin
dilaksanakan prosesi cukur rambut gimbal di wilayah kabupaten Wonosobo,
bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo yang ke 191. Kali ini
prosesi cukur rambut gimbal di laksanakan di Telaga Menjer yang
merupakan wilayah Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dan berada di
lereng bawah dataran dinggi dieng sekitar 13 km arah selatan. Ada
sekitar 15 Anak yang memiliki rambut gimbal di cukur hari itu, dengan
berbagai macam keinginan yang merupakan keinginan yang wajib di cari,
disediakan dan di turuti , masyarakat percaya jika keinginan anak rambut
gimbal belum di turuti maka ritual potong rambut belum bisa di lakukan.
Ke 15 Anak yang berusia mulai 2 hingga 15 tahun tersebut sudah
mengucapkan keinginanya masing masing , ada yang hanya meminta sekarung
permen berwarna putih, ada yang meminta 3 ekor kambing, meminta HP (
handphone ) meminta ayam jantan, hingga meminta mainan layaknya anak
anak, tetapi ada yang unik kali ini hanya meminta pak Lurah satempat
untuk berjoget sebelum rambutnya di cukur. Sebelumnya sesepuh dan tetua
adat masyarakat dieng berdoa dan memimpin ritual ini, sebelum nantinya
para tamu undangan akan ikut serta menjadi bagian untuk memotong rambut
gimbal ini.
Tepat pukul 9;45 WIB prosesi pemotongan
rambut gimbal ini dilaksanakan , pemotongan pertama di awali oleh Ibu
Menteri BUMN RI yaitu Ibu Rini Sumarmo, yang kebetulan saat itu menjadi
tamu kehormatan Pemotongan, dilanjutkan oleh Bupati dan Pejabat lain di
lingkungan Pemkab Wonosobo, turut serta juga yang mendapat giliran
adalah Para Pelajar dari Berbagai Dunia yang menjadi bagian dari
Pertukaran Pelajar internasional.
Selanjutnya
rambut rambut gimbal yang sudah di cukur dimasukan dalam wadah yang
terbuat dari tanah liat ( guci ) kecil dan akan di larung di
tengah Telaga Menjer. Pelarungan potongan rambut gimbal ke Telaga
menyimbolkan pengembalian bala (kesialan) yang dibawa anak berambut
gimbal kepada para dewa. Ada kepercayaan bahwa anak-anak gimbal ini
ditunggui jin dan pemotongan rambut tersebut akan mengusir jin keluar
dari tubuhnya sehingga segala bala akan hilang dan rezeki pun datang dan
mereka akan dapat hidup normal dan layak sebagaimana anak anak lainnya ,
Prosesi ritual rambut gimbal adalah
prosesi unik maka tak heran jika kedua wilayah ini memasukan prosesi ini
menjadi kalender event yang bertaraf Internasional , bahkan bisa
mendatangkan ribuan penganjung setiap kali prosesi ini dilaksanakan,
untuk minggu depan giliran Wilayah Kabupaten Banjarnegara yang akan
melaksanakan prosesi ini.
Memang
Sulit dijelaskan secara logis, namun rambut Gimbal pada anak anak
keturunan dieng memiliki nuansa-nuansa mistis dan dianggap suci yang
menarik untuk ditelisik lebih jauh lagi. Dari namanya, Dieng berasal
dari kata jawa kuno dihyang yang berarti tempat arwah para leluhur.
Salah satu ritual rutin yang biasa dilakukan oleh masyarakat Dieng
adalah Ruwatan Rambut Gimbal.( fadkus)